Saat berada di belakang setir mobil ini, tak ada yang berbeda dibandingkan dengan mobil konvensional. Perlengkapan kontrol untuk menjalankannya sama saja. Begitu juga bentuknya, yaitu setir, pedal rem dan akslerator (gas), rem tangan, tongkat pemindah gigi tipe “gate” seperti transmisi otomatik versi sekarang, kontak starter dan panel instrumen.
Setelah mengetahui posisi perlengkapan kontrol mobil, agar mobil bisa dijalankan, target berikutnya adalah mencari lokasi “kunci kontak”. Berada di setir, seperti mobil biasa. Pengoperasian cukup dengan memutarnya.
Ketika kunci kontak di- “ON”-kan, layar instrumen menayangkan “O” (nol) pada speedometer. Indikator transmisi dan dan tripmeter pun muncul dalam tayangan digital. Sederhana sekali!. Di bagian tengah dashboard, pada layar monitor muncul peta dengan keterangan dalam huruf kanji. “Masih asli Jepang!”
Tanpa Getaran
Pada mobil dengan mesin konvensional atau motor bakar, saat kunci kontak “ON” atau hendak dijalankan, getaran dan suara mesin adalah pertanda siap jalan! Nah, pada mobil listrik seperti iMiEV ini, tak ada getaran dan deru. Akibatnya, kita belum yakin mobil ini siap dijalankan.
Sebenarnya, iMiEV bukanlah mobil listrik pertama yang saya coba. Pada 1992, saya sudah pernah mencoba listrik VW di Geneve de Mondiale atau Pameran Mobil Jenewa. Waktu itu yang saya rasakan, saat hendak menjalankan mobil, belum yakin siap dijalankan. Pasalnya, tak ada getaran dan deru mesin. Hal yang sama terulang kembali pada iMiEV!
“Ini sudah siap dijalankan,” tanya saya kepada Takayuki Yatabe yang duduk di jok penumpang depan dan merupakan orang yang bertanggung jawab dalam teknologi mobil listrik buatan Mitsubishi ini.
Takayuki yang masih muda itu, menjawab,”Ya. Siap dijalankan! Namun, motor listrik belum bekerja.” Artinya, aki belum menggerahkan energi ke motor listrik. Sedangkan pada mesin bensin atau diesel, dipastikan energi sudah digunakan untuk menghidupkannnya.
Pedal rem saya injak. Rem tangan diturunkan. Posisi tongkat transmisi semua di “P”, segera digeser ke “D”. Saat transmisi saya opeasikan itulah, Takayuki menyuruh saya untuk menginjak pedal rem.
Setelah pedal akselerator di tekan, mobilo bergerak. Tak ada getaran, tak deru mesin yang semakin besar. Suasana senyap. Saya coba menggunakan rem, ternyata bisa beropresi dengan pakem. Mobil bisa diajak meluncur dengan lancar.
Efek “Engine Brake”
Sedikit berbeda adalah huruf-huruf yang tertera paa transmisi. Ternyata sedikit berbeda dibandingkan dengan mobil transmisi otomatik. Pada iMiEV ditulis”P, R, N, D, Eco dan B”. Huruf terakhir ini yang berbeda. Takayuki pun menjelaskan, fungsinya sebagai rem tambahan atau pengaman yang digunakan saat mobil berada di turunan. Sedangkan “Eco” yang juga sudah banyak diaplikasikan pada mobil-mobil sekarang, ditugaskan untuk mengirit energi atau melaju dengan santai.
Namun yang pasti, saat mobil melaju dengan posisi “D”, tenaga terasa cukup besar. Akselerasinya juga responsif, terutama saat start dari diam. Untuk kondisi lain, karena memang tidak bisa dikebut secara maksimal , belum banyak yang diketahui. Pasalnya, setiap wartawan hanya diberi waktu 2 menit mengetesnya di sirkuit supermini.
Ingin mendapatkan pengalaman naik iMiEV sebagai penumpang saja? Cepat-cepatlah datang ke stand Mitsubishi di Arena Pekan Raya Jakarta dalam rangka Indonesia-Japan Expo 2008 yang berlangsung sampai 9 November ini!
0 komentar:
Posting Komentar